Organisasi nirlaba memiliki
perbedaan yang cukup signifikan dengan organisasi yang berorientasi
kepada laba. Dalam menjalankan kegiatannya, organisasi nirlaba tidak semata-mata digerakkan oleh tujuan
untuk mencari laba. Meski demikian not-for-profit
juga harus diartikan sebagai not-for-loss.
Oleh karena itu, organisasi nirlaba selayaknya pun tidak mengalami defisit.
Adapun bila organisasi nirlaba memperoleh surplus, maka surplus tersebut akan dikontribusikan kembali untuk pemenuhan kepentingan publik, dan bukan untuk memperkaya pemilik organisasi nirlaba tersebut.
Dalam hal kepemilikan, kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali sebagaimana pada organisasi bisnis. Selain itu, kedua jenis
organisasi tersebut bereda dalam hal cara organisasi memperoleh sumber daya
yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Organisasi
nirlaba umumnya memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan donatur
lain, yang idealnya, tidak mengharapkan adanya pengembalian atas donasi yang mereka berikan.
Lebih lanjut, walaupun tidak meminta adanya pengembalian, namun para
donatur sebagai salah satu stakeholder
utama organisasi nirlaba tentunya mengharapkan adanya pengembalian atas sumbangan yang mereka berikan. Para donatur ini, baik mempersyaratkan atau
tidak, tentu tetap menginginkan
pelaporan serta pertanggungjawaban yang
transparan atas dana yang mereka
berikan. Para donatur ingin mengetahui bagaimana dana yang mereka berikan dikelola
dengan baik dan dipergunakan untuk memberi
manfaat bagi kepentingan publik.
Untuk itu, organisasi nirlaba perlu menyusun laporan keuangan. Hal
ini bagi sebagian organisasi nirlaba yang scope-nya
masih kecil serta sumber daya-nya masih belum memadai, mungkin akan menjadi hal
yang menantang untuk dilakukan. Terlebih karena organisasi nirlaba jenis ini
umumnya lebih fokus pada pelaksanaan program ketimbang mengurusi administrasi. Namun, hal tersebut tidak boleh dijadikan alasan karena organisasi nirlaba tidak boleh
hanya mengandalkan pada kepercayaan yang diberikan para donaturnya. Akuntabilitas
sangat diperlukan agar dapat dapat memberikan informasi yang relevan dan dapat
diandalkan kepada donatur, regulator, penerima manfaat dan publik
secara umum.
Menurut PSAK 45, organisasi nirlaba perlu menyusun setidaknya 4
jenis laporan keuangan sebagai berikut:
1. Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode laporan
2. Laporan aktivitas untuk suatu periode pelaporan
3. Laporan arus kas untuk suatu periode pelaporan
4. Catatan atas laporan keuangan
Dari keempat jenis laporan tersebut, dapat dicermati bahwa laporan
keuangan organisasi nirlaba mirip dengan organisasi bisnis, kecuali pada 3 hal
utama, yaitu:
a. Komponen laporan posisi keuangan organisasi nirlaba memiliki beberapa
keunikan bila dibandingkan dengan komponen laporan keuangan organisasi bisnis. Hal
ini akan dijelaskan pada bagian berikutnya.
b. Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan laba rugi, namun laporan
ini dapat dianalogikan dengan laporan aktivitas. Informasi sentral dalam
laporan laba rugi umumnya terletak pada komponen laba atau rugi yang dihasilkan
organisasi bisnis dalam satu periode. Sementara itu, informasi sentral dalam
laporan aktivitas terletak pada perubahan aset neto yang dikelola oleh
organisasi nirlaba.
c. Organisasi nirlaba tidak memiliki laporan perubahan ekuitas
sebagaimana layaknya organisasi bisnis. Hal ini disebabkan organisasi nirlaba
tidak dimiliki oleh entitas manapun. Ekuitas dalam organisasi nirlaba bisa
dianalogikan dengan aset neto yang akan disajikan pada laporan aktivitas. Aset
neto tersebut terdiri dari tiga jenis, sebagaimana dijelaskan berikut ini:
a. Aset neto tidak terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan
tertentu oleh penyumbang. Adapun bila sumbangan tersebut terikat, itu berarti
sumbangan tersebut dibatasi penggunaannya oleh penyumbang untuk tujuan tertentu.
Pembatasan tersebut dapat bersifat permanen atau temporer.
b. Aset neto terikat temporer adalah
sumber daya yang pembatasan penggunaannya dipertahankan sampai dengan periode
tertentu atau sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu. Pembatasan penggunaan
ini bisa ditetapkan oleh donatur maupun oleh organisasi nirlaba itu sendiri
(misal: untuk melakukan ekspansi, atau untuk membeli aset tertentu).
c.
Aset neto terikat permanen adalah sumber daya yang pembatasan
penggunaannya dipertahankan secara permanen. Namun demikian, organisasi nirlaba
diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat
ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut. Contoh aset jenis ini
adalah dana abadi, warisan, maupun wakaf.
Meski PSAK 45 didedikasikan bagi organisasi nirlaba, namun standar
ini juga dapat diterapkan oleh lembaga pemerintah, dan unit-unit sejenis
lainnya. Namun perlu dicatat bahwa penerapan pada organisasi selain nirlaba
tersebut hanya dapat dilakukan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Jenis dan Komponen Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba
Laporan keuangan organisasi nirlaba meliputi (1) laporan posisi
keuangan pada akhir periode laporan, (2) laporan aktivitas serta (3) laporan arus
kas untuk suatu periode pelaporan, dan (4) catatan atas laporan keuangan.
1.
Laporan Posisi Keuangan
/ Neraca
Laporan ini bertujuan untuk menyediakan
informasi mengenai aset, kewajiban, dan aset bersih dan informasi mengenai
hubungan di antara unsur-unsur tersebut pada waktu tertentu. Informasi ini dapat
membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditur dan pihak-pihak lain
untuk menilai:
a. kemampuan organisasi untuk memberikan jasa secara berkelanjutan,
dan
b. likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi
kewajibannya, serta kebutuhan pendanaan eksternal.
Lebih
lanjut, komponen dalam laporan posisi keuangan mencakup:
Aset
a. Kas
dan setara kas;
Bila ada kas
atau aset lain yang dibatasi penggunaanya oleh penyumbang, maka hal ini harus
disajikan
terpisah dari kas atau aset lain yang tidak terikat penggunaannya.
- Piutang
(misalnya: piutang pasien, pelajar, anggota, dan penerima jasa yang lain);
- Persediaan;
- Sewa,
asuransi, dan jasa lainnya yang dibayar di muka;
- Surat
berharga/efek dan investasi jangka panjang;
- Tanah, gedung, peralatan, serta aset tetap lainnya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa, dan lain-lain.
Bila
dilihat dari susunan tersebut, dapat dipahami bahwa penyajian aset pada laporan
posisi keuangan suatu organisasi nirlaba juga diurutkan berdasarkan
likuiditasnya – kemampuan suatu aset untuk dengan mudah dikonversi menjadi kas.
Liabilitas
a. Utang
dagang;
b. Pendapatan
diterima dimuka;
c. Utang
jangka panjang, dan lain-lain
Dalam
penyajiannya, liabilitas tetap diurutkan berasarkan masa jatuh temponya.
Aset Bersih
- Aset
bersih tidak terikat. Aset bersih jenis ini umumnya meliputi pendapatan
dari jasa, penjualan barang, sumbangan, dan dividen atau hasil investasi,
dikurangi beban untuk memperoleh pendapatan tersebut. Batasan terhadap
penggunaan aset bersih tidak terikat dapat berasal dari sifat organisasi,
lingkungan operasi, dan tujuan organisasi yang tercantum dalam akte
pendirian, serta dari perjanjian kontraktual dengan pemasok, kreditur dan
pihak lain yang berhubungan dengan organisasi.
- Aset bersih terikat temporer. Pembatasan ini bisa berupa pembatasan waktu maupun penggunaan, ataupun keduanya. Contoh pembatasan temporer ini bisa berlaku terhadap (1) sumbangan berupa aktivitas operasi tertentu, (2) investasi untuk jangka waktu tertentu, (3) penggunaan selama periode tertentu dimasa depan, atau (4) pemerolehan aset tetap. Informasi mengenai jenis pembatasan ini dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset bersih terikat temporer atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
- Aset bersih terikat permanen. Pembatasan ini bisa dilakukan terhadap (1) aset seperti tanah atau karya seni yang disumbangkan untuk tujuan tertentu, untuk dirawat dan tidak untuk dijual, atau (2) aset yang disumbangkan untuk investasi yang mendatangkan pendapatan secara permanen. Kedua jenis pembatasan ini dapat disajikan sebagai unsur terpisah dalam kelompok aset bersih yang penggunaannya dibatasi secara permanen atau disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.
2.
Laporan Aktivitas
Tujuan
utama laporan aktivitas adalah menyediakan informasi mengenai pengaruh
transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat aset bersih,
hubungan antar transaksi, dan peristiwa lain, dan bagaimana penggunaan sumber
daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa. Perubahan aset bersih dalam
laporan aktivitas biasanya melibatkan 4 jenis transaksi, yaitu (1) pendapatan,
(2) beban, (3) gains and losses, dan
(4) reklasifikasi aset bersih. Seluruh perubahan aset bersih ini nantinya akan tercermin pada nilai akhir aset bersih yang
disajikan dalam laporan posisi keuangan.
Adapun informasi dalam laporan ini dapat
membantu para stakeholders untuk:
a. mengevaluasi kinerja organisasi nirlaba dalam suatu periode,
b. menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan organisasi dan
memberikan jasa, dan
c. menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajer.
Secara umum, ketentuan dalam Laporan
Aktivitas adalah sebagai berikut:
· Pendapatan disajikan sebagai penambah aset bersih tidak terikat,
kecuali jika penggunaannya dibatasi oleh penyumbang.
· Beban disajikan sebagai pengurang aset bersih tidak terikat.
· Sumbangan dapat disajikan sebagai penambah aset bersih tidak
terikat, terikat permanen, atau terikat temporer, tergantung pada ada tidaknya
pembatasan.
· Jika ada sumbangan terikat temporer yang pembatasannya tidak
berlaku lagi dalam periode yang sama, maka sumbangan tersebut dapat disajikan
sebagai sumbangan tidak terikat sepanjang disajikan secara konsisten dan
diungkapkan sebagai kebijakan akuntansi.
· Keuntungan dan kerugian dari investasi dan aset (atau kewajiban) lain
diakui sebagai penambah atau pengurang aset bersih tidak terikat, kecuali jika
penggunaannya dibatasi.
· Selain dari ketiga jenis aset bersih yang ada sebagaimana
dijelaskan sebelumnya, organisasi nirlaba tetap berpeluang untuk menambah
klasifikasi aset bersih sekiranya diperlukan. Klasifikasi ini bisa dilakukan menurut
kelompok operasi atau non-operasi, dapat dibelanjakan atau tidak dapat
dibelanjakan, telah direalisasi atau belum direalisasi, berulang atau tidak
berulang, atau dengan cara lain yang sesuai dengan aktivitas organisasi.
Lebih
lanjut, komponen dalam laporan aktivitas mencakup:
Pendapatan
- Sumbangan;
- Jasa
layanan;
- Penghasilan investasi.
Semua pendapatan tersebut disajikan secara bruto. Namun, khusus untuk
pendapatan investasi dapat disajikan secara neto dengan syarat
beban-beban terkait, seperti beban penitipan dan beban penasihat investasi,
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Komponen lain yang juga
disajikan dalam jumlah neto adalah keuntungan dan kerugian yang berasal dari
transaksi insidental atau peristiwa lain yang berada di luar pengendalian
organisasi dan manajemen. Misalnya, keuntungan atau kerugian penjualan tanah
dan gedung yang tidak digunakan lagi.
Beban
- Beban
terkait program pemberian jasa. Aktivitas terkait dengan beban jenis ini
antara lain aktivitas untuk menyediakan barang dan jasa kepada para
penerima manfaat, pelanggan, atau anggota dalam rangka mencapai tujuan
atau misi organisasi.
- Beban
terkait aktivitas pendukung (meliputi semua aktivitas selain program
pemberian jasa). Umumnya, aktivitas pendukung mencakup:
· Aktivitas manajemen dan umum, meliputi pengawasan, manajemen
bisnis, pembukuan, penganggaran, pendanaan, dan aktivitas administratif
lainnya.
· Aktivitas pencarian dana, meliputi publikasi dan kampanye
pencarian dana; pengadaan daftar alamat penyumbang; pelaksanaan acara khusus
pencarian dana; pembuatan dan penyebaran manual, petunjuk, dan bahan lainnya;
dan pelaksanaan aktivitas lain dalam rangka pencarian dana dari individu,
yayasan, pemerintah dan lain-lain.
· Aktivitas pengembangan anggota meliputi pencarian anggota baru dan
pengumpulan iuran anggota, hubungan dan aktivitas sejenis
Perlu
dicermati bahwa laporan aktivitas atau catatan atas laporan keuangan harus menyajikan
informasi mengenai beban menurut klasifikasi fungsional, seperti menurut
kelompok program jasa utama dan aktivitas pendukung. Klasifikasi ini bermanfaat
untuk membantu para stakeholders dalam
menilai pemberian jasa dan penggunaan sumber daya. Disamping penyajian
klasifikasi beban secara fungsional, organisasi nirlaba dianjurkan untuk
menyajikan informasi tambahan mengenai beban menurut sifatnya. Misalnya,
berdasarkan gaji, sewa, listrik, bunga, penyusutan.
Contoh laporan aktivitas
3.
Laporan Arus Kas
Tujuan
utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi mengenai penerimaan dan
pengeluaran kas dalam suatu periode. Adapun klasifikasi penerimaan dan
pengeluaran kas pada laporan arus kas organisasi nirlaba, sama dengan yang ada
pada organisasi bisnis, yaitu: arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan. Metode penyusunan laporan arus kas pun bisa
menggunakan metode langsung (direct
method) maupun metode tidak langsung (indirect
method).
Arus kas
dari aktivitas operasi umumnya berasal dari pendapatan jasa, sumbangan, dan
dari perubahan atas aset lancar dan kewajiban lancar yang berdampak pada kas.
Sementara itu, arus kas dari aktivitas investasi biasanya mencatat dampak
perubahan aset tetap terhadap kas, misal karena pembelian peralatan, penjualan
tanah, dsb. Lebih lanjut, arus kas dari aktivitas pendanaan berasal dari penerimaan
kas dari penyumbang yang penggunaannya dibatasi untuk jangka panjang; penerimaan
kas dari sumbangan dan penghasilan investasi yang penggunaannya dibatasi untuk perolehan,
pembangunan dan pemeliharaan aset tetap, atau peningkatan dana abadi (endowment), atau dari hasil investasi yang
dibatasi penggunaannya untuk jangka panjang.
Semetara
itu, ada kalanya organisasi nirlaba melakukan transaksi yang mengakibatkan
perubahan pada komponen posisi keuangan, namun perubahan tersebut tidak
mengakibatkan kas. Misalnya, adanya pembelian kendaraan operasional dengan
utang, sumbangan berupa bangunan atau aset investasi lainnya. Transaksi sejenis
ini (yang tidak mengakibatkan adanya perubahan kas) harus diungkapkan pada
catatan atas laporan keuangan.
Contoh laporan arus kas menggunakan metode langsung:
Sumber: PSAK 45
Kontributor : Ivan Christiawan Budi, Vandy Achmad
Masruri
Editor : Miranti Kartika Dewi
Sumber:
Ikatan Akuntan Indonesia. (2010).
PSAK 45: Akuntansi Organisasi Nirlaba. Jakarta: Ikatan Akuntan
Indonesia.
Ruppel,
W. (2007). Not-for-profit Accounting Made Easy. Hoboken, New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc.
http://www.keuanganlsm.com
Salam,
ReplyDeletebagaimana dengan estimasi arus kas untuk pendirian pendidikan tinggi.
trims
Terima Kasih sangat membantu
ReplyDeleteObat Kuat Viagra
Obat Kuat Cialis
laporan donasi nya sangat membantu
ReplyDeleteterima kasih atas infonya
ReplyDeleteLaporan no 4 nya mana ya ?
ReplyDeleteTerima kasih buat penjelasannya, sangat membantu
ReplyDeleteArtikelnya sangat bermanfaat. Jazakallahu khoiron. Semoga Allah membalas dengan sebaik-baik balasan
ReplyDeleteTrims artikelnya sangatlah membantu bagi pemula
DeleteTerima kasih atas pencerahannya.....sangat membantu
ReplyDeleteRasio apa saja yang bisa digunakan untuk mengukur kinerja organisasi nirlaba seperti gereja?
ReplyDeleteYg ke 4 Catatan atas laporan keuangan? Belum ada
ReplyDeleteYg ke empat blm ada?
ReplyDeleteTerima kasih ..
ReplyDeleteArtikel ini sangat membantu.
Maaf, kalo cara menghitung kenaikan dan penurunan aset neto baaimana
ReplyDeleteArtikel yg bagus.. terimakasih
ReplyDeleteArtikelnya bagus. Oh iya aku mau tanya dan minta tanggapan nya bagi yang tahu. Saya lagi kerja TA terus sampe klasifikasi aset neto tidak terikat dan terikat temporer aku udah bingung saat mau ngambilnya dari laporan keuangan gereja 🙏🙏 mohon bantuannya.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteartikelntya sangat membantu terimakasih ka..
ReplyDelete